Rabu, 13 Juni 2012

ternak kerbau



  STRATEGI  PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KERBAU
DI KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA
Khairiah dan L Haloho
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara
Jl A.H Nasution No 1 B Medan 20143
Email: antros_ ria@yahoo.com dan tatang_ibrahim@yahoo.com

ABSTRAK

Seiring dengan program pemerintah dalam rangka swasembada daging sapi/kerbau 2014 maka potensi setiap kabupaten haruslah dioptimalkan sesuai dengan potensi yang ada pada setiap kabupaten. Kecamatan Silimakuta Kab Simalungun sudah lama  sub sektor peternakan mempunyai andil yang cukup besar terhadap perekonomian rumah tangganya, hal ini dapat dilihat dari lamanya peternak memelihara kerbau dan jumlah populasi kerbau yang berfluktuasi dari tahun 2006 sampai 2010 dan telah terjadi penurunan jumlah populasi ternak kerbau. Dalam rangka melihat potensi dan strategi yang akan dilakukan dalam meningkatkan peternakan kerbau di Kecamatan Silimakuta maka dilaksanakan survey dengan wawancara yang dipandu dengan kuesioner sebanyak 20 responden yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 Hasil kajian menunjukkan bahwa kerbau telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Silimakuta serta memiliki kemampuan adaptasi dan daya guna yang tinggi. Strategi pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Silimakuta dititik beratkan pada rekayasa sosial untuk merubah pola pemeliharaan ekstensif ke semi intensif. Disamping itu perlu ditingkatkan ketersediaan pejantan bermutu serta penanggulangan pemotongan ternak betina yang produktif. Demplot percontohan, pelatihan perlu diberikan kepada penyuluh dan petani peternak, utamanya dalam aspek manajemen pakan, tehnik pemilihan kerbau bakalan, kesehatan, dan perkandangan.
Kata kunci :  Potensi,  kerbau, Simalungun

ABSTRACT

Along with government programs in the framework of cattle / buffalo in 2014, the potential of each district should be optimized in accordance with the existing potential in each district. Sub District Silimakuta Simalungun livestock sub-sector has long had a big influence on the economy of the household, this can be seen from the length and number of breeders maintain buffalo buffalo population has fluctuated from 2006 to 2010 and has been a decline in buffalo population. In order to see the potential and strategies that will be done in improving the buffalo farm in District Silimakuta then conducted a survey with a questionnaire-guided interviews of 20 respondents conducted in March 2011 results show that the buffalo had been fused with Silimakuta community life and have the adaptability and high efficiency. Buffalo livestock development strategy in Sub Silimakuta put emphasis on social engineering to change the pattern of extensive to semi-intensive maintenance. In addition to improved availability of quality male and female cattle slaughter prevention productive. Pilot demonstration plots, training should be given to extension workers and farmers ranchers, especially in the aspect of feed management, engineering buffalo election going, health and perkandangan.
Key words: Potential, buffalo, Simalungun

I.                   PENDAHULUAN

Permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional, dengan demikian agribisnis kerbau mempunyai prospek yang sangat besar
Daya saing industri peternakan khususnya kerbau ditentukan pada ketersediaan pakan, disamping faktor bibit, manajemen dan kesehatan hewan, serta inovasi teknologi dan faktor-faktor eksternal lainnya.
Sumberdaya pakan yang masih belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu biomasa yang dihasilkan dalam usahatani, perkebunan, agroindustri, dan rerumputan yang tumbuh sebagai cover crop serta tanaman untuk menahan erosi. Inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian telah membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak ruminansia. Dengan demikian pengembangan ternak kerbau juga harus dilakukan dengan pola integrasi secara in-situ maupun ex-situ, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Untuk tujuan menghasilkan kerbau bakalan melalui pendekatan low external input merupakan pola yang harus ditempuh.
Besarnya peranan peternakan kita untuk semakin memberdayakan subsektor ini di masa-masa mendatang dengan memperhatikan potensi daerah baik ditinjau dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kondisi sosial budaya dan lain sebagainya.
Kecamatan Silimakuta kabupaten Simalungun, sudah lama  sub sektor peternakan mempunyai andil yang cukup besar terhadap perekenomian rumah tangganya, hal ini dapat dilihat dari peternak memelihara kerbau > 10 tahun lamanya dan jumlah populasi kerbaunya walaupun sekarang sudah menurun. Dalam rangka pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Simalungun khususnya kecamatan Silimakuta maka perlu diidentifikasi potensi dan strategi yang akan dilaksanakan ini lah yang melatar belakangi tulisan ini

II.                METODOLOGI
Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun dipilih sebagai wilayah kajian karena memiliki populasi ternak kerbau (607 ekor kerbau).  Kajian dilakukan dalam bulan Maret 2011. Dalam rangka melihat potensi dan strategi peluang pengembangan kerbau dilakukan survey dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui keragaan (performance) awal produksi kerbau dengan jumlah sample 20 peternak kerbau, Hasil survey digunakan sebagai acuan penentuan skala prioritas komponen teknologi yang didemplotkan dan materi bimbingan lapang di kelompok peternak.  Data yang dikumpulkan meliputi aspek : Sumber daya manusia, alam dan social budaya peternak, keragaan  ternak kerbau, dan tatalaksana pemeliharaan ternak kerbau serta strategi pengembangan ternak kerbau. Untuk melengkapi data tersebut, juga dikumpulkan data sekunder di tingkat kabupaten, dan kecamatan  yang mencakup populasi ternak kerbau, luas dan tata guna lahan,  Data dan informasi yang dikumpulkan  ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sumber Daya Manusia, Alam  dan Sosial Budaya Peternak.
Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 3 18' - 9 36' LU dan 98 32' - 99 35' BT terdiri dari 31 kecamatan . Salah satu Kecamatannya adalah Silimakuta yang luasnya 77.50 km² terdiri dari 5 desa. Jumlah penduduk 11.814 terdiri dari beberapa etnis  Batak 86% yaitu  Simalungun, Toba, Karo   sedangkan 14% adalah  Jawa, cina,  melayu dan padang. Pendapatan utama dominan bertani dan beternak karena 90% responden bermata pencaharian sebagai petani dan peternak dan 5%  PNS dan peternak serta pengulu huta adapun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Karakteristik Responden  di Kec Silimakuta Kab. Simalungun
Umur (thn)
Persentase (%)
Pendidikan
Persentase(%)
Etnis
Persentase (%)
10-29
15
S D
15
Simalungun
46
30-40
45
SLTP
60
Karo
20
50-60
30
SLTA
25
Toba
20
>61
10
PT
0
Campuran
14
Data diolah dari hasil pengkajian
Sumber daya manusia dilihat dari pendidikan peternak mayoritas SLTP dan 100 % dari responden belum pernah mendapatkan pelatihan tentang peternakan dengan demikian masih perlu ditingkatkan agar peternak mampu menghasilkan produk kerbau yang berkualitas karena selama ini pemeliharaan kerbau masih sangat tradisional. Pengalaman beternak > 10 tahun sebanyak 75% dari responden., Jenis kerbau yang dipelihara 95% kerbau lumpur (kerbau Sumatera), kerbau murrah 5%. kepemilikan ternak kerbau > dari 4 tahun rata-rata sebanyak 4, 05 ekor per kk, kerbau dara 0.85 ekor per kk, pedet lepas sapih 0.2 ekor per kk dan kerbau umur <.6 bulan 0.3 ekor per kk Struktur populasi ternak didominasi ternak jantan (67% dan status kepemilikan ternak adalah milik sendiri (95%) dan gaduhan (5%) Motivasi beternak mayoritas adalah sebagai alat angkutan dan tabungan. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Gunadi, 2000.60) menegaskan bahwa kerbau digunakan sebagai sarana transfortasi (kenderaan), untuk membantu mengolah lahan pertanian dan kotorannya dapat dijadikan  pupuk.
Luas sawah 90 ha dan tegalan 5.148 ha. Produksi tanaman pangan di Kecamatan Silimakuta lihat tabel 1
Tabel2.Produksi tanaman pangan di Kecamatan Silimakuta
No
Tanaman Pangan
Tahun/Ton
2006
2007
2008
2009
2010
1
Padi
3.775
3.820
3.780
3.792
3.825
2
Jagung
3589
7.579
7.584
7.698
7.704
3
Ubikayu
369
360
369
371
375
4
Ubi Jalar
12502
12679
13086
14196
14200

Selain tanaman pangan produksi tanaman perkebunan seperti kopi pada tahun 2010 mencapai 30 ton dengan demikian potensi kulit kopi di Kecamatan Silimakuta tinggi.  Tanaman kaliandra (Calliandra calothyrsus) bunga merah  terdapat dipinggiran jalan sebagai tanaman penahan erosi yang peternak belum  mengetahui manfaatnya untuk ternak. Hijauan legume seperti kaliandra yang beradaptasi dengan lingkungan setempat dapat digunakan sebagai sumber suplemen (pakan imbuhan) yang mempunyai protein yang berkualitas tinggi dan harga murah Daun kaliandra merupakan sumber pakan ternak yang utama (Will Yan Djaya etal 2006) Hasil Analisis Proximate untuk kandungan nutrisi kaliandra terdiri dari air 15,52%,  abu 8,61%,  Serat Kasar 10,02 %, Lemak Kasar 6,86 %,  BETN 33,91%,  Ca 1,84 %, P 0,03 % .Kualitas Kaliandra jauh lebih baik dibandingkan dengan berbagai jenis rerumputan (protein kasar sekitar 7,5 – 9%) sedangkan kaliandra 25.08% Daun Kaliandra nyata meningkatkan produksi susu sapi perah (Stewart, 2000)
Kondisi sosial budaya masyarakat Simalungun tentang kerbau dimana OrnamenORNAMEN kerbau juga terdapat pada rumah-rumah adat masyarakat Batak Simalungun, terdapat ornamen yang disebut Pinar Uluni Horbou, yaitu berupa kepala kerbau yang dibentuk dari ijuk dan tanduknya dari tanduk kerbau asli. Pada masyarakat Simalungun kerbau merupakan lambang kesabaran, keberanian, kebenaran, dan sebagai penangkal roh jahat ( Sipayung, dkk, 1994; 18) Upacara  kematian seperti saur matua dan mangokal holi (menggali tulang) untuk memindahkan tulang dari kuburan primer ke kubur skunder. (Simatupang, 2005:63–65)., juga pada upacara perkawinan, horja bius yaitu upacara penghormatan terhadap leluhur dan pendirian rumah adat. Kerbau disembelih sebagai hewan kurban dan juga sebagai pelengkap adat dalam pembagian jambar (Wiradnyana & Somba,2005:20). Pada pembagian jambar juhut (hewan kurban) terdapat aturan tertentu yang disebut ruhut papangan (Sihombing,1986 dalam Simatupang, 2005:88), yaitu :
a. Kepala (ulu (2) dan osang (3) untuk raja adat
b. Leher(rungkung atau tanggalan (6)) untuk pihak boru
c. Paha dan kaki (soit (7) untuk pihak dongan sabutuha
d. Punggung dan rusuk ( panamboli (4) & somba-somba (5) untuk pihak hula-hula
B. Keragaan Ternak Kerbau
Kerbau  Sumatera tidak banyak berbeda dengan kerbau benggala sekalipun termasuk termasuk famili bovidae anatomi hewan ini berbeda dengan sapi, kukunya lebih lebar dan tanduknya berbentuk bujur sangkar atau gepeng melengkung kebelakang umumnya tanduk sedatar dengan kening dan tidak membentuk  sudut seperti terdapat pada sapi. Ekor kecil menggantung sampai kebawah lutut, kecil, dan berjumbai di ujungnya. Lehernya besar dan berotot sehingga penampakan gelambir hanya sedikit terlihat atau tidak sama sekali (Marsden,1999:81). Perkembangan ternak kebau dapat dilihat pada Tabel 3
 Tabel3 Perkembangan Populasi Ternak Kerbau di Kecamatan Silimakuta Kabupaten  Simalungun
No
Kecamatan
2006
2007
2008
2009
2010
1
Desa Sibangun Mariah
185
181
176
154
137
2
Desa Saribu Duluk
230
221
215
201
180
3
Desa Sumber Baru
81
83
86
85
82
4
Desa Purba Sinombah
60
65
62
68
71
5
Desa Purba tua
94
98
101
87
62
6
Desa Purba baru
98
96
93
78
75

Total
748
744
933
693
607

Perkembangan Populasi Ternak Kerbau di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun berfluktuasi dan cendrung menurun juga untuk perkembangan tahun yang akan datang . Hal ini juga dapat dilihat dari jumlah kepemilikan dara, pedet lepas sapih dan pedet< dibawah enam bulan sangat sedikit dimiliki respoden. Dengan demikian jika tidak ada usaha dari pemerintah maka usaha ternak kerbau untuk yang akan datang terus menurun. Disamping itu banyaknya pemotongan kerbau betina yang produktif dan sebagian ternak kerbau yang dipotong tidak tercatat di rumah potong hewan (RPH)
B. Tatalaksana Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan tanpa kandang, kerbau diikat diladang atau pada tanah kosong yang banyak rerumputan tanpa ada tambahan input seperti pemberian pakan konsentrat bagi semua struktur kerbau. Jenis pakan yang dominan diberikan adalah rumput lapang, jerami ubi jalar dan batang jagung  Rumput unggul sengaja ditanam di ladang sendiri berupa rumput gajah.
Umur pemberian rumput pada pedet pertama kali adalah 3-4 bulan. Penyapihan anak kerbau 6-7 bulan dengan  berat kerbau 80 –100 kg. Peternak menyatakan tidak melakukan penyapihan dibawah umur 5 bulan disebabkan takut mengganggu pertumbuhan pedet. Sistem perkawinan dilakukan masih kawin alam, peternak tidak mengetahui managemen perkawinan kerbau ( perkawinan tidak terkontrol) terjadi inbreeding. Penyakit reproduksi yang pernah ada adalah retained plasenta. Pakan induk dan pedet tidak terpisah dan jenisnya sama. Konkria Pasaribu, mengatakan seekor kerbau dewasa memerlukan hijauan 10% dan konsentrat dengan bahan kering 2% dari berat badan perhari Dengan demikian peluang untuk penambahan kerbau masih sangat memungkinkan
Umur jual ternak umumnya 10-96 bulan, alasan jual untuk modal. penjualan ke agen.  Banyak yang pelihara jantan dengan tujuan pemeliharaan kerbau jantan adalah sebagai alat menarik pedati (Gareta) untuk membawa pupuk dan hasil panen. Kebiasaan para peternak tidak mengawinkan kerbau jantan yang digunakan untuk menarik pedati ini. Jenis penyakit yang banyak diderita kerbau  adalah diare, kembung, scabies. Cara pengobatannnya dengan pengobatan tradisonal, atau memanggil petugas kesehatan hewan. Tempat pembuangan limbah umumnya hanya ditumpuk, tanpa diolah dan digunakan untuk pupuk diladang sendiri (tidak pernah menjual pupuk kandang).
Strategi Pengembangan Kerbau
Dalam rangka meningkatkan populasi kerbau di Kecamatan Silimakuta harus ada campur tangan dari pemerintah, Permasalahan utama pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Silimakuta adalah pengurasan populasi. Faktor penentu utama yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan adalah: (1) Kekuatan: kerbau telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Silimakuta serta memiliki kemampuan adaptasi dan daya guna yang tinggi; (2) Kelemahan: pemeliharan ekstensif (di lepas sepanjang hari; (3) Peluang: ketersediaan pakan yang tinggi melalui penggunaan pakan yang berprotein tinggi yang belum dimanfaatkan seperti kaliandra dikaitkan dengan kebutuhan hewan itu dalam jumlah banyak Selain percontohan, pelatihan perlu diberikan kepada penyuluh dan petani peternak, utamanya dalam aspek manajemen pakan, tehnik pemilihan kerbau bakalan, kesehatan, dan perkandangan. Ancaman rendahnya ketersediaan pejantan ( Pejantan dikebiri ) serta tingginya pemotongan ternak betina produktif. Strategi pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Silimakuta dititik beratkan pada rekayasa sosial untuk merubah pola pemeliharaan ekstensif ke semi intensif. Disamping itu perlu ditingkatkan ketersediaan pejantan bermutu serta penanggulangan pemotongan ternak betina yang produktif.

KESIMPULAN

·         Potensi pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun sangat besar karena masih belum dimanfaatkannya tanaman yang berprotein tinggi seperti kaliandra dan diintegrasikannya tanaman perkebunan seperti kopi dan limbah pertanian yang ada masih belum dimanfaatkan baik sebagai pakan
·         Potensi sumberdaya manusia juga mendukung karena sudah lebih dari 10 tahun dalam memelihara kerbau
·         Faktor sosial budaya kerbau sangat diperlukan dalam upacara adat
·         Pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun diiringi dengan pembekalan peternak tentang teknologi budidaya ternak kerbau dan manajemen usahatani dan ternak secara integrative
·         Melakukan rekayasa sosial berupa pengembangan msyarakat melalui salahsatunya pembentukan dan pemantapan kelompok tani


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik  provinsi Sumatera Utara 2009. Sumatera Utara Dalam Angka Katalog BPS : 1102001.12.

Devendra, C. 1987 di dalam Hacker, J.B. dan J.H. Ternouth. (ed). The Nutrition of Herbivore. pp 2 – 46. Academic Press. Sidney.

Gunadi, 2000. Kerbau di Beberapa Suku Bangsa Indonesia: Suatu Tinjauan Antropologi Ekonomi, dalam: Somba Opu No

Ilyas, A.Z. dan C.S. Leksmono (ed). 1995. Pedoman Pengembangan dan Perbaikan Ternak Kerbau di Indonesia. Departemen Pertanian – Food and Agriculture Organization.

Marsden, William, 1999. Sejarah Sumatera, diterjemahkan oleh A.S Nasution dan mahyuddin Mendim Bandung Remaja Rosdakarya

Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat 2007. Pakpakbharatkab.go.id/sumber.daya.alam/pertanian/.tembolok

Paterson, R.T., R.L. Roothaer, and E. Kiruiro. 2000. The Feeding of Leaf Meal of Calliandra calothyrsus to laying Hens. Tropical Animal Health and Production. 32(1):51-61.

Pasaribu,Konkria 2010 Kerbau sebagai pennghasil daging dan susu. Publikasi budidaya ternak ruminansia, Edisi I tahun 2010 Management dan teknologi menuju swasembada daging 2014

Simatupang, Defri Elias, 2005. Upacara Mangokal Holi di Pulau Samosir,  studi Etnoarkeologi Transformasi unsure kebudayaan Religi, dalam Skripsi untuk gelar Sarjana dalam Ilmu Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada

Sipayung, Hernauli dan S. Andreas Lingga, 1994. Ragam Hias (Ornamen) Rumah Tradisional Simalungun. Medan

Stewart, J.L. 2000. Penelitian Terbaru tentang Penggunaan dan Nilai Kaliandra sebagai Pakan: hasil dari Proyek DFID/FRP1 “Penelitian Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai Nutrisi Daun Calliandra calothyrsus sebagai Pakan Ruminansia”. Prosiding Seminar Nasional II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB dan AINI. Bogor

Wiradnyana, Ketut & Somba, Nani, 2005. Fungsi dan Makna Kerbau dalam Tradisi Megalitik di Sebagian Wilayah
Indonesia, dalam: Walennae Vol. VIII No. 12. Makassar: Balai Arkeologi Makassar, hal 17 — 26

Will Yan Djaya, Kuswaryan Sondi, Tanuwiria Hidayat U, Khairani Lizah. 2006 Integrasi Tanaman Kaliandra (Caliandra, Sp) Dalam
Kawasan Pengembangan Peternakan Sapi Perah
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kuantitas Dan
Kualitas Produksi Susu. Laporan Penelitian .Sumber Dana Program Hibah Kompetisi A-3 Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

Williamson,G. dan W.J.A. Payne.1974. An Introduction to Animal HusbandryintheTropics.Longman.